Jumat, 26 Februari 2010

cermin kehidupan

COBAAN HIDUP (REVISI)

Aku seorang pemulung. Namaku Darno, aku biasa dipanggil Pak Sabar. Sebenarnya itu bukan nama asliku, tapi karena orang-orang menganggapku penyabar dalam menghadapi cobaan hidup yang aku alami. Aku tinggal bersama istriku Nina dan anakku Budi. Kehidupan keluargaku sangat pas-pasan. Rumahku berada di desa Jeketro, kondisinya sangat memprihatinkan, bahkan layak di sebut sebagai kandang ternak. Namun aku beruntung memiliki istri yang sesabar Nina. Dia tidak pernah menuntut apa-apa dariku. Karena dia sangat mengerti keadaanku. Aku biasa bekerja di Pasar Jeketro.

Waktu shubuh telah tiba. Pak Haji Darto telah mengumandangkan adzan di Mushola Al-Huda. Aku salut kepada beliau. Walaupun sudah tua, beliau masih bisa melakukan panggilan sholat. Dengan agak kedinginan, aku segera mengambil air wudhu di pancuran belakang rumahku. Lalu, aku bergegas untuk melaksanakan sholat shubuh. Setelah itu, aku berangkat bekerja memunguti sampah yang dapat dijual. Dalam bekerja, aku hanya bermodalkan sebuah tongkat besi dan satu karung bekas. Hanya itu yang dapat aku kerjakan, karena aku tidak memiliki keahlian yang lain.

Setelah 15 menit, aku sampai di Pasar Jeketro. Disana sanagat ramai dan banyak sampah-sampah, tapi hanya sedikit yang bisa dijual. Aku segera memunguti sampah-sampah yang dapat dimanfaatkan untuk dijual. Sampah demi sampah berhasil aku kumpulkan. Setelah karung yang aku bawa penuh, aku istirahat sejenak dipingir Sungai Jeketro, untuk menghilangkan kepenatan. Lelah dan haus tidak aku pedulikan demi anak dan istriku. Setelah istirahat aku bergegas pulang.

Dalam perjalanan pulang, tiba-tiba aku dilempari sebuah dompet oleh seseorang. Saatku buka, ternyata isinya uang. Aku langsung mengumumkan kepada semua orang di pasar, tentang dompet itu. Tanpa aku sadari, orang-orang langsung menghajarku, aku langsung babak belur. Dalam hatiku, aku bertanya!”apa salahku?” setelah itu aku dibawa ke kantor polisi.

“Apa salahku pak?”tanyaku kepada pak polisi.

“Kamu sudah mencopet!”jawab pak polisi.
Dalam keadaan bingung aku menjawab!”Saya tidak mencopet,tadi saya dilempari dompet oleh seseorang pak!”

Seketika itu aku langsung dimasukkan penjara. Dalam penjara,hatiku bertanya!”Apa yang dimakan anak dan istriku di rumah?” aku hanya bisa berdo’a dalam menghadapi semua ini. Tidak aku sangka, malam ini aku harus tidur di dalam penjara.

Keesokan harinya,do’aku terkabulkan. Pencopet yang asli dapat ditangkap. Pencopet itu masih tetanggaku, Namanya Joni. Padahal, aku menganggap dia sangat baik. Aku tak menyangka bahwa dia pencurinya.” Ternyata dia pencurinya!”kataku dalam hati .

“Kamu bebas! “kata seorang polisi.

Saat itu, aku langsung sujud syukur, karena telah dibebaskan. Setelah bebas, sedih dan sakit yang aku rasakan tidak aku pikirkan. Yang aku pikirkan saat ini hanya istriku Nina dan anakku Budi. Aku segera pulang.

“Mengapa bapak kemarin tidak pulang?”tanya Nina.

“Bapak kemarin dituduh mencopet dan di masukkan dalam penjara!”jawabku.

“Kemarin kalian makan apa?”tanyaku dengan cemas.

“kami diberi makanan oleh para tetangga pak!”jawab Nina dan budi.

Aku merasa lega,karena istri dan anakku kemarin tidak kelaparan.

Pada hari berikutnya, ada sebuah mibil yang datang ke rumahku. Ternyata, yang datang adalah Bapak Adi bersama dan Ibu Yulia. Beliau adalah Bupati Suka Maju dan istrinya. Lalu, mereka kami persilahkan masuk.

“Ada apa bapak dan ibu kesini?”tanyaku.

“Saya ingin meminta maaf, karena telah menuduh bapak yang mencopet dompet saya!”jawab Ibu Nina.

“Tanpa ibu meminta maaf, saya sudah memaafkan!”jawabku.

“Terima kasih pak, karena telah memaafkan istri saya!” Sebagai tanda terima kasih saya, bapak saya jadikan sopir pribadi saya!”kata Pak Adi.

“Saya tidak bisa menyopir!”jawabku.

“Kamu harus berlatih dahulu!”kata Pak Adi.

“Terima kasih pak!”jawabku.

Keesoan harinya, aku mulai bekerja sebagai sopir pribadi pak bupati. Semenjak itu, perekonomian keluargaku menjadi lebih baik.

Rabu, 24 Februari 2010

cobaan hidup

COBAAN HIDUP

Aku berprofesi sebagai pemulung. Aku tinggal bersama istri dan seorang anak. Kehidupan keluargaku sangat pas-pasan. Tapi,kalau aku bekerja tidak mendapatkan uang mereka harus menahan lapar. Meskipun begitu,mereka tetap bersyukur dan tidak mengeluh.

Waktu shubuh telah tiba. Aku bergegas untuk melaksanakan sholat shubuh. Setelah itu, aku berangkat bekerja memunguti sampah yang dapat dijual. Dalam bekerja aku hanya bermodalkan sebuah tongkat besi dan satu karung bekas. Hanya itu yang dapat aku kerjakan karena aku,tidak memiliki keahlian yang lain.

Setelah 15menit,aku sampai di pasar. Aku segera memunguti sampah-sampah yang dapat dimanfaatkan untuk dijual. Sampah demi sampah berhasil aku kumpulkan. Setelah karung yang aku bawa penuh,aku istirahat sejenak untuk menghilangkan kepenatan. Lelah dan haus tidak aku pedulikan demi anak dan istriku. Setelah istirahat aku bergegas pulang.

Dalam perjalanan pulang tiba-tiba aku dilempari sebuah dompet oleh seseorang. Saatku buka, ternyata isinya uang. Aku langsung mengumumkan kepada semua orang di pasar,tentang dompet itu. Tanpa aku sadari, orang-orang langsung menghajarku,aku langsung babak belur. Dalam hatiku,aku bertanya!”apa salahku?” setelah itu aku dibawa ke kantor polisi.

“apa salahku pak?”tanyaku kepada pak polisi.

“kamu sudah mencopet!”jawab pak polisi.

Dalam keadaan bingung aku menjawab!”saya tidak mencopet,tadi saya dilempari dompet oleh seseorang pak!”

Seketika itu aku langsung dimasukkan penjara. Dalam penjara,hatiku bertanya!”apa yang dimakan anak dan istriku di rumah?” aku hanya bisa berdo’a dalam menghadapi semua ini. Tidak ku sangka,malam ini aku harus tidur di dalam penjara.

Keesokan harinya,do’aku terkabulkan. Pencopet yang asli dapat ditangkap. Pencopet itu masih tetanggaku.” Ternyata dia pencurinya!”kataku dalam hati .

“kamu bebas! “kata seoarang polisi.

Saat itu,aku langsung sujud syukur,karena telah dibebaskan. Setelah bebas,sedih dan sakit yang aku rasakan tidak aku pikirkan. Yang aku pikirkan saat ini hanya istri dan anakku. Aku segera pulang.

“mengapa bapak kemarin tidak pulang?”Tanya istriku.

“bapak kemarin dituduh mencopet dan di masukkan dalam penjara!”jawabku.

“kemarin kalian makan apa?”tanyaku dengan cemas.

“kami diberi makanan oleh para tetangga pak!”jawab istriku.

Aku merasa lega,karena istri dan anakku kemarin tidak kelaparan.