Senin, 14 Juni 2010

Rabu, 26 Mei 2010

KALAH UNTUK MENANG

Namaku Budi Sulistyo, tapi biasa di panggil budi. Setiap hari aku selalu manyampatkan wktu untuk berlatih catur. catur adalah hobiku sejak kecil. Saat ini aku berumur 14 tahun. namun aku telah berhasil memperoleh juara 1 lomba catur tingkat Mts se-kabupaten Grobogan pada tahun 2009 lalu. Aku tinggal di Desa Jeketro. Desa yang sangat aku cintai. aku sekolah di Mtsn Jeketro. Sekolah yang sangat bagus dengan fasilitas yang memadai. Aku mempunyai impian untuk menjadi juara catur di tingkat provinsi Jawa Tengah minggu depan.

Dengan bermodalkan sebuah papan catur pemberian orang tuaku, aku ingin berlatih catur dengan temanku. Temanku bernama rizal. Ia sangat tangguh saat bermain catur. Ia pernah menjadi juara 1 catur tingkat sma se-provinsi jawa tengah. Aku sngat kagum padanya.

"Zal, tips umtuk bermain catur itu apa saja?"tanyaku.

"Begini, untuk menjadi juara catur, kita harus rajin untuk berlatih. Dalam bermain kita juga harus konsentrasi penuh agar kita tidak melakukan kesalahan sendiri."jawabnya.

"Oh begitu tipsnya, aku akan selalu mengingatnya zal. Mari kita berlatih! ajakku.

Aku lalu mulai menata papan catur untuk permainan. Aku bermain dengan sangat hati-hati untuk meraih kemenangan. Aku ingin mengalahkan rizal yang selama ini selalu menang melawanku. Setelah lima belas menit aku bermain, aku melakukan kesalahan, sehingga aku kalah dari rizal. Lalu rizal menasehatiku: " Makanya, bermain catur harus berkosentrasi penuh!"

"Ya zal, memang aku kurang konsentrasi. Aku akan mengingat semua nasihatmu demi menjadi juara 1 tingkat provinsi. aAku sedih karena kalah dari rizal. Namun aku senang karena mendapat nasihat dri rizal." jawabku.

Satu minggu kemudian, aku mengikuti lomba di kebumen. Satu persatu lawanku berhasil aku kalahkan. Kini aku bersiap untuk menghadapi lawanku dari kabupaten kudus. Aku dengar dari guruku lawan yang akan aku hadapi adalah juara 1 pada tahun lalu. Namun aku tidak takut, aku akan selalu mengingat nasihat yang di berikan rizal. dDan aku akan terus semangat demi meraih impianku.

sebelum pertandingan di mulai, aku berdoa terlebih dahulu. lalu aku segera mulai untuk pertandingan final ini. saat bermain aku sempat kesulitan menghadapi lawanku. namun setelah setengah jam, lawanku membuat kesalahan sendiri, sehingga aku dapat mengalahkannya. aku sangat bersyukur atas kemenangan itu.

Setelah pulang ke rumah, aku langsung menemui rizal. aku ingin berterima kasih padanya.

"Zal, aku sngat berterima kasih padamu. karena nasihatmu, aku bisa menjadi juara."kataku.

" Tidak usah begitu, itu karena kamu giat berlatih, sehingga kamu dapat menjadi juara.

Setelah menjadi juara, aku sadar bahwa kekalahan itu awal kemenangan. Yang penting giat berlatih, berdoa, semangat, dan jangan mudah menyerah itulah yang dapat membuat orang sukses.

LIBURAN

Senin, 19 April 2010

CINTA BUKAN NAFSU

Oleh Ahmad H Umam

Di masa serba modern ini, banyak pelajar yang keluar dari sekolah karena hamil di luar nikah. Akibatnya, mereka harus menikah walaupun berusia masih muda. Tidak jarang karena menikah muda, mereka tidak bahagia lalu bercerai. Namun, remaja sekarang ini, tidak menghiraukan akibat itu. Mereka banyak yang membuktikan cintanya dengan berhubungan seks sebelum menikah. Padahal cinta itu artinya sayang. Tapi kalau dibuktikan dengan berhubungan seks sebelum menikah, malah menyengsarakan orang yang dicintai dan itu namanya bukan cinta, tapi hanya nafsu semata. Dan kebanyakan remaja sekarang rela menyerahkan segalanya demi orang yang dicintainya.

* * *

Aku hidup di kota Jakarta. Ibukota negara ini. Memang banyak risiko hidup di kota besar seperti Jakarta. Aku pun tahu benar risikonya. Risiko adalah dalam pergaulannya yang serba bebas. Namun, aku masih beruntung mempunyai guru mengaji yang mendidikku tentang masalah agama. Dia bernama Ustad Rokhim. Beliau hafal Al-qur’an, sehingga tahu betul hukum agama. Setiap hari aku mengaji di tempatnya setelah salat magrib. Namun, sekarang aku tak bisa mengaji di tempat beliau lagi karena aku sibuk kuliah. Walaupun demikian aku masih mengingat nasihatnya mengenai bahaya berhubungan seks di luar nikah. Beliau mengatakan bahwa perbuatan itu sangat dilarang oleh Allah. Selain itu, juga merugikan pihak perempuan kalau pihak laki-laki tidak mau bertanggung jawab.

Hari ini, aku berangkat kuliah pagi. Aku akan dijemput oleh pacarku dengan sepeda motor. Pacarku bernama Andi Firmansyah. Dia sangat baik dan sopan. Dia sangat berbeda kelakuannya dengan pacarku saat SMA dulu. Lima menit menunggu acarku datang.

“Rina, ayo naik ke motorku!” kata Andi mengajakku.

“Ayo!” kataku sambil naik ke motornya.

Dalam berpacaran aku tidak pernah memanggil Andi dengan kata sayang. Dan dia pun juga tidak pernah memanggilku sayang. Memang hal ini telah menjadi kesepakatan kita saat memutuskan berpacaran.

Dalam perjalanan aku tidak berpegangan di badan Andi. Dan Andi pun tidak mau aku pegang. Banyak yang mengejekku dengan kata: “anak muda, hari gini boncengan nggak pegangan? Katrok banget ya!” Meskipun berkata demikian, mereka tidak tahu kalau aku berpacaran. Mereka hanya asal mengejek saja. Ejekan itu sudah ku anggap wajar karena, aku berpacaran, tetapi tak kelihatan seperti berpacaran. Setelah lima belas menit perjalanan, aku tiba di kampusku. Aku langsung menuju ruangan bersama Andi.

Di ruangan, teman-temanku sudah banyak yang datang. Aku masuk bersama Andi. Hal itu lagi-lagi membuat aku dapat ejekan.

“Wah pacaran nie yee!”kata Tio.

Namun ia juga tidak tahu bahwa aku dan Andi berpacaran. Ia hanya asal mengejek. Tio tidak tahu karena, dalam berpacaran aku dan Andi tidak pernah bermesraan. Karena aku mempunyai pengalaman yang buruk kalau bermesraan. Aku takut Andi menganggap aku rela menyerahkan segalanya untuknya. Namun, ada teman dekatku yang tahu bahwa aku dan Andi berpacaran. Namanya Ani.

Dia sering bertanya kepadaku.

“Mengapa kau dalam berpacaran tidak pernah bermesraan?”

Aku ingin menjawab. Tapi, aku takut bila Andi tahu masa laluku yang suram. Namun aku akan menjawab pertanyaan itu setelah kuliah. Aku tak mau membohongi orang lain.

Setelah selesai kuliah, teman-temanku sudah pulang termasuk Andi. Tinggal aku dan Ani yang masih berada di ruangan. Sesuai dengan janjiku, aku akan menjawab pertanyaan Ani.

Begini An, aku mempunyai pengalaman yang suram dengan pacarku saat SMA. Pacarku bernama Riko. Dia sangat tampan dan baik. Tapi lama kelamaan aku mulai mengetahui sifat Riko yang sebenarnya. Dia mulai bersikap tidak sopan kepadaku. Hal ini terjadi karena saat berpacaran aku selalu bermesraan dengannya. Dan dia menganggap aku rela menyerahkan segalanya untuknya, termasuk kehormatanku. Namun, anggapan itu salah. Semua itu aku lakukan hanya wujud rasa sayangku kepadanya. Karena hal itu, aku menganggap Riko itu orang yang tidak baik. Dan aku ingin segera putus dengannya, walaupun aku masih sayang kepadanya.”

Pada malam Minggu, aku dijemput Riko di rumahku. Aku ingin mengatakan bahwa aku ingin putus dengannya. Namun, aku curiga, dia akan mengajakku ke sebuah penginapan. Penginapan itu sepi sekali. Tidak ada orang yang menginap di tempat itu. Di penginapan itu, Riko langsung mengajakku untuk berhubungan badan. Namun, aku menolaknya. Aku masih ingat kata guru mengajiku bahwa, berhubungan badan sebelum nikah itu sangat dibenci Allah. Karena kalau aku mau, berarti masa depanku akan suram. Dia terus memaksaku agar mau. Namun, aku terus berontak sambil menangis. Aku langsung melemparkan sandalku dengan sekeras-kerasnya. Sandalku tepat mengenai mukanya dan berdarah. Karena hal itu, aku dapat melarikan diri dari penginapan itu. Aku langsung pulang dengan naik mobil angkot dengan pikiran sangat kacau.

Keesokan harinya dia menelfonku untuk meminta maaf. Akupun memaafkannya. Namun, aku langsung meminta putus. Aku tidak mau lagi berpacaran denganya. Sekarang aku sadar bahwa Riko bukan orang yang baik. Dia hanya baik rupanya, tetapi buruk hatinya.

Dari kejadian itu, sekarang aku memilih pacar tidak dari baik rupanya, tetapi dari baik hatinya. Dan kalau berpacaran, aku tidak mau berpacaran dengan mesra. Aku takut pacarku menganggap salah tentang diriku.

Rabu, 07 April 2010

CINTA BUKAN NAFSU

A. hafidlul umam


Dimasa serba modern ini, banyak pelajar yang keluar dari sekolah karena hamil diluar nikah. Akibatnya, mereka harus menikah walaupun berusia masih muda. Tidak jarang karena menikah muda, mereka tidak bahagia lalu bercerai. Namun remaja sekarang ini, tidak menghiraukan akibat itu. Mereka banyak yang membuktikan cintanya dengan berhubungan seks sebelum menikah. Padahal cinta itu artinya saying. Tapi kalau dibuktikan dengan berhubungan seks sebelum menikah, malah menyengsarakan orang yang dicintaidan itu namanya bukan cinta, tapi hanya nafsu semata.


Aku hidup di kota Jakarta. Ibukota negara ini. Memang banyak reiko hidup di kota besar seperti Jakarta. Banyak pelajar di kota ini yang sudah dikeluarkan dari sekolahnya karena hamil. Kejadian seperti ini dapat di cegah dengan melakukan sosialisasi tentang bahaya hubungan seks bebas di sekolah.


Namaku Rina Anindya. Biasa dipanggil Rina. Aku sekarang kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Belajar dari kejadian yang pernah aku alami, aku sekarang lebih hati-hati dalam memilih pacar. Aku tidak mau memandang dari mukanya, tetapi dari hatinya. Apa gunanya mempunyai pacar tampan tapi buruk hatinya?


Hari ini, aku berangkat kuliah pagi. Aku akan dijemput oleh pacarku dengan sepeda motor. Pacarku bernama Andi Firmansyah. Dia sangat baik dan sopan. Dia sangat berbeda kelakuannya dengan pacarku saat sma dulu.

Lima menit menunggu, pacarku datang. Dia langsung mengajakku untuk naik ke motornya. Saat perjalanan, aku tidak memegang erat badannya. Dan diapun tidak mau aku pegangi. Setelah setengah jam, aku tiba di kampusku. Akupun turun dan menuju ruangan.


Di ruangan, teman-temanku sudah banyak yang datang. Aku masuk bersama Andi. Mereka tidak mengetahui bahwa aku dan andi berpacaran. Mereka tidak tahu karena, dalam berpacaran aku dan andi tidak pernah bermesraan. Karena aku mempunyai pengalaman yanga buruk kalau bermesraan. Aku takut Andi menganggap aku rela menyerahkan segalanya untuknya. Namun ada teman dekatku yang tahu bahwa aku dan Andi berpacaran. Namanya Ani. dia sering bertanya kepadaku, tentang mengapa aku dan Andi kalau berpacaran tidak pernah bermesraan. Namun aku tidak pernah menjawabnya. Baru nanti setelah kuliah aku akan menjawabnya.


Setelah selesai kuliah, teman-temanku sudah pulang termasuk Andi. Tinggal aku dan Ani yang masih berada di ruangan. Sesuai dengan janjiku, aku akan menjawab pertanyaan Ani.

Begini An, aku mempunyai pengalaman yang suram dengan pacarku saat sma. Pacarku bernama Riko. Dia sangat tampan dan baik. Tapi lama kelamaan aku mulai mengetahui sifat Riko yang sebenarnya. Dia mulai bersikap tidak sopan kepadaku. Hal ini terjadi karena saat berpacaran aku selalu bermesraan dengannya. Dan dia menganggap aku rela menyerahkan segalanya untuknya, termasuk kehormatanku. Namun anggapan itu salah. Semua itu aku lakukan hanya wujud rasa sayangku kepadanya. Karena hal itu, aku menganggap Riko itu orang yang tidak baik. Dan aku ingin segera putus dengannya, walaupun aku masih sayang kepadanya.


Pada malam Minggu, aku dijemput Riko di rumahku. Aku ingin mengatkan bahwa aku ingin putus dengannya. Namun aku curiga, dia akan mengajakku ke sebuah penginapan. Dan mengakku untuk berhubungan badan. Akhirnya kecurigaanku terbukti. Dia mengajakku ke sebuah penginapan. Di sana aku diajak berhubungan badan. Namun aku menolaknya. Karena kalau aku mau, berarti masa depanku akan suram. Dia terus memaksaku agar mau. Namun aku terus berontak sambil menangis. Aku langsung melemparkan sandalku dengan sekeras-kerasnya. Sandalku tepat mengenai mukanya dan berdarah. Karena hal itu, aku dapat melarikan diri dari penginapan itu. Aku langsung pulang dengan naik mobil angkot dengan pikiran sangat kacau.


Keesokan harinya dia menelfonku untuk meminta maaf. Akupun memaafkannya. Namun aku langsung meminta putus. Aku tidak mau lagi berpacaran denganya. Sekarang aku sadar bahwa riko bukan orang yang baik. Dia hanya baik rupanya, tetapi buruk hatinya.


Dari kejadian itu, sekarang aku memilih pacar tidak dari baik rupanya, tetapi dari baik hatinya. Dan kalau berpacaran, aku tidak mau berpacaran dengan mesra. Aku takut pacarku menganggap salah tentang diriku.

Rabu, 17 Maret 2010

Nasib Seorang Anak

Oleh A. Hafidlul Umam

Aku berusia 14 tahun. Namaku Tio Aditya, tetapi biasa dipanggil Adit. Aku adalah anak satu-satunya dikeluargaku. Sekarang aku duduk di kelas 3 SMP Nusa Makmur. Aku tinggal bersama ayah dan ibuku di desa Nusa Makmur. Ibuku bernama Sri Muryanti dan ayahku Haryadi namanya. Namun, akhir-akhir ini mereka sering bertengkar. Aku sangat sedih melihatnya.

Suara azan Isya mulai dikumandangkan di masjid An Nur. Aku bergegas untuk mengambil air wudlu lalu melaksanakan kewajibanku untuk salat Isya di rumah. Setelah salat, aku berdoa agar memperoleh nilai yang baik dalam ulangan di sekolah.

Setelah salat aku mulai belajar, karena besok ada ulangan IPS di sekolah. Saat belajar, tiba-tiba ayah dan ibuku bertengkar. Aku pun berhenti belajar.

“Pyar,....” suara piring yang dibanting ayahku.

“Bu, dari mana kamu?” tanya ayahku marah-marah.

“Terserah saya, Pak! Bapak sendiri dari mana seharian ini?” gantian ibu bertanya dengan nada tinggi.

“Ya sudah, terserah kamu! Aku tidak akan mencampuri urusanmu,” kata ayah sambil meninggalkan Ibu.

Pertengkaran itu sering terjadi setiap hari. Ibuku yang aslinya penurut kepada suami, sekarang berubah menjadi seorang istri yang keras dan pembantah. Mungkin itu gara-gara ayahku yang sering mabuk-mabukan, main judi dan berlaku keras terhadap ibuku. Setelah bertengkar ayah dan ibuku pergi entah ke mana. Mereka tidak pernah memperhatikanku. Yang mereka pentingkan hanya mencari kesenangan hidup. Malam ini aku harus tidur sendirian di rumah. Kalau begini, aku hanya bisa meratapi nasibku. Sedih memang rasanya. Namun, aku tidak mau menangis. Apa gunanya menangis?

* * *

Waktu subuh sudah tiba. Aku bangun untuk melaksanakan salat Subuh. Setelah itu, aku berolahraga untuk menenangkan pikiran. Lalu aku mandi, pakai seragam, dan langsung berangkat sekolah.

Sampai di sekolah, bel berbunyi. Aku langsung masuk ke kelasku. Setelah masuk, langsung diadakan ulangan. Aku hanya bisa menjawab lima dari sepuluh soal yang diujikan. Walaupun tidak bisa, aku tidak mau meminta bantuan dari orang lain. Biasanya, kalau ulangan aku bisa mengerjakan. Namun, kali ini pikiranku kacau. Susah sekali berkonsentrasi. Aku masih memikirkan pertengkaran orang tuaku semalam.

Sesampai aku pulang dari sekolah ternyata ada suara-suara keras dari dalam rumah. Suara ayah dan ibu. Aku berhenti di depan pintu. Kali ini mereka memutuskan untuk bercerai. Aku mencoba untuk mencegah. Namun, mereka tetap ingin bercerai.

“Apakah Ayah dan Ibu tidak kasihan padaku?” kataku dengan sedih. Namun, mereka tidak menghiraukan pertanyaanku.

Pada hari berikutnya, mereka melaksanakan sidang perceraian di Pengadilan Agama. Akupun yang menjadi saksi dalam persidangan itu. Akupun disumpah dalam memberi kesaksian.

“Apakah ayah dan ibumu sering bertengkar?”tanya ketua sidang.

Dalam hatiku aku tidak ingin mengatakan yang sejujurnya. Namun disisi lain, aku sudah di sumpah dan akupun tidak ingin ayah dan ibuku bercerai. Akupun memilih untuk mengatakan yang sesungguhnya.

“Ya pak!”jawabku.

Dari jawabanku itu hakim memutuskan bahwa ayah dan ibuku telah resmi bercerai. Aku sangat sedih. Dalam hatiku aku menyesal karena telah mengatakan yang sesungguhnya. Namun apa gunanya menyesal? Nasi sudah menjadi bubur, dan itupun sudah takdir hidupku. Namun, untung aku masih punya nenek. Nenekku bernama Sutarmi. Beliau mengajakku untuk tinggal bersamanya.

Sehari kemudian, aku tinggal di rumah nenekku. Walaupun nenekku sudah tua, beliau sangat perhatian kepadaku. Aku sangat senang tingal bersamanya. Karena itu, aku ingin membahagiakannya dengan terus belajar untuk meraih cita-citaku menjadi seorang guru